15.1.09

Oh The Things You (Women) Do for Love

When it comes to love and pairing, how come women always have to become the less powerful ones?

Gue inget ada sebuah pembelaan yang sedikit menyedihkan dari sebuah film, gue lupa apaan judulnya, "Memang lelaki adalah kepala keluarga, tapi wanita adalah leher yang menggerakkan kepala."

Really?

Over the century, women has become an object to many kind of violance, often in their own houses, by thier own husbands. Gimana caranya mengenali bibit-bibit kekerasan ini sejak awal, for example, sejak pacaran? Well, you could read yourself many kinds of magazines and self-help books for inspiration.

Ah, ini bukan sebuah teriakan protes dari seorang wanita kok. Malah wanita yang ini sepertinya sedang mencicipi sebuah sensasi baru, yang didapat dari sebuah bentuk penghambaan yang aneh. Well, enough about this boring woman, I have another story.

Gimana kalau laki-laki itu, dalam jangka waktu yang relatif lama, memegang sepenuhnya kemauan untuk berdiam. Memberi sinyal-sinyal positif tentang kemungkinan. Tapi tetap, diam?
Gimana kalau laki-laki itu, dalam jangka waktu yang lama, hanya menerima dan menjangkau, tidak memberi atau mengulurkan tangan?
Gimana kalau laki-laki itu, dalam jangka waktu yang sangat lama, menggerogoti kepercayaan diri seorang wanita hingga keropos??

Wanita itu menunggu. Wanita itu menunggu. Wanita itu hanya menunggu.

Apa yang akan kepala lakukan, jika leher hanya termangu?



Cheers,
-ajeng-

No comments: