
Di sebuah perpustakaan. Dan dua orang yang bercinta. Diam-diam.
Dan keindahan scene cabul itu makin terasa ketika Kiera yang berperan sebagai Cecilia Tallis musti menahan nafas, berusaha tak terdengar, karena keluarganya tengah asyik makan malam, hanya terpisahkan sebuah dinding saja. Karena di jaman itu, medio 1940-an, pengekspresian cinta secara fisik antara dua orang yang tak terikat pernikahan adalah tabu dan terlarang.
Sekarang, mungkin masih. Di Indonesia masih sahih, sejauh yang gue pahami sih... Tapi di Jakarta, sepertinya tidak. Well, at least di deket-deket tempat gue tinggal, di Gang Damai yang tak begitu damai.
Mungkin karena gaya hidup hedon yang serba liar, mungkin juga karena kebebasan itu sudah terlanjur, apapun lah. Namun seks sudah bukan lagi hal yang pantas ditutupi, tidak oleh mata tidak juga oleh telinga. Bebas-bebas aja...
Yang menarik, di pagi harinya yang terdengar dan yang mendengar sama-sama 'act cool', seakan-akan ngga terjadi apa-apa. Seolah-olah tidur salah satu pihak tadi sama sekali tak terganggu dan tersiksa oleh 'kegaduhan' semalam. Tabu-kah untuk menyatakan keberatan, sampai-sampai protes atau teguran kecil itu tak tersampaikan? Atau memang hal-hal macam itu seharusnya disimpan aja atas nama kesopanan?
Menurut gue sih - atas nama kesopanan juga - kalo emang tinggal di bangunan yang kamar-kamarnya berimpit sempit, suara itu harus dipelanin. Ataaaauuuu... disamarkan sama suara radio ato TV. So, everybody's happy, right?
Cheers,
-ajeng-
No comments:
Post a Comment