Saat gue TK
Namanya Meta. Rumahnya di depan rumah gue. Nenek dia itu, si mbok yang tiap hari ngejagain gue juga, karena nyokap pergi kerja. Jadi tiap hari kita barengan, makan barengan. Main ke pasar juga bareng... Nyanyiin lagu-lagunya Anggun C Sasmi yang Tua-Tua Keladi bareng *walopun dia lebih suka Nike Ardila, sih* huehehehe....
Kepisah karena gue pindah ke rumah nenek pas kelas dua SD.
Saat gue SD
Namanya Dina. Rambutnya keriting megar, ahahaha... Mulai genit sama kakak kelas, kita biasa flirting2 bareng sesaat sebelum berbaris di depan pintu kelas, hueheuheu... ngaco deh.
Dina, sepertinya memang dewasa sebelum waktunya. Dari dia, gue pertama kali mengenal Freddy S.... Huakakaka, kacooo...
Saat gue SMP
Weiss... udah mulai genk-genkan niy. Pas kelas satu, gue deket sama Astri, Nana, dan *anjis, satu lagi gue lupa namanya*. Gitu naik ke kelas tiga, kita mulai beda visi *hahaha* Gue lalu berteman sama Tutik dan Suci.
Saat gue SMA
Namanya Sindu, Dyah sama Apri. Karena dua tahun kelasnya samaan, pokoknya gue selalu bareng mereka deh. Geng alim. Ngga pernah berbuat nista dan terlibat aksi vandalisme. Haha
Begitu kelas tiga, ganti personality. Di kelas bahasa, kita berlimaan, gue, Susi, Hesti, Lang, sama Ony. Dan cowo-cowo lebay macam Ruben dan Pi'i, ohohoho
Mulai Kuliah
Masa-masa on-off gue, karena kebanyakan pacaran dan suka sibuk sendiri sama pacar, ck ck ck... Tapi gue seneng banget karena ketemu Anggi. We sure had our great times together.. :)Mulai nyoba-nyoba benda-benda haram...huakakaka... Terus ketemu temen-temen di radio Zenith gue tercinta. Awang, sakti, abe, owoy... intan, frida, moudy... mas Rizal!!
Jakartaaaa.....di trans 7
Masih sangat berteman baik sama Anggi, Nana, Ayiek... bertemu orang-orang menarik bersama mereka.
Di tempat kerja, tiba-tiba ketemu makhluk-makhluk menarik nan ajaib. Yetta, Kiki, Dhimas, Ira, Adit, Kepriwe1, Kepriwe2, Uda... whom I will be married to :p
Di Nova
Gue pikir ngga akan ketemu temen-temen seasyik temen-temen gue yang lalu. Ternyata gue ketemu Yetta *lagi*, Cito, Ester, Wisnu... Ngga kalah gila Iqem, Edwin, Romy... semuanya!!
gue inget waktu acara farewell gue dan anggi ninggalin salatiga. salah seorang temen kita, mabok beraaaat, sambil ketawa-ketiwi ngga jelas ngelihat kita berdua yang sesenggukan bilang gini:
"Dimanapun lo nanti, lo HARUS percaya kalo di tempat itu lo bakal nemuin sahabat-sahabat baru. Orang-orang yang tulus sayang sama lo. Mungkin orangnya akan beda-beda, tapi lo harus percaya. Hal seindah persahabatan engga diciptain cuma satu kali sama Tuhan..."
Malam ini, gue mengingat semua nama sahabat-sahabat gue *kecuali satu yang di SMP tadi kayanya, hihi*... Malam ini gue mengingat mereka dengan penuh rasa syukur. Mereka memberi warna di hidup gue....
Cheers,
-ajeng-
Showing posts with label friend. Show all posts
Showing posts with label friend. Show all posts
20.2.09
30.1.09
so, are you friend or foe...?

Selain bunglon, cuma manusia yang bisa menampakkan dua sisi dirinya yang berlainan dalam waktu yang sangat singkat, bukankah benar begitu? Oh wait... bunglon merubah warna tubuh sesuai tempat menempelnya untuk mengecoh bakal mangsanya. Suatu sistem mempertahankan diri yang alami untuk mencari makan. Manusia? Untuk apa manusia begitu sering mengubah sikap, dan dengan begitu gampangnya pula? Ah, manusia memang rumit. Terlalu njlimet untuk dipahami. Apalagi sekarang, dimana kita hidup di era dimana bahkan psikiaterpun punya psikiater.
Dan ah.... betapa susahnya untuk disukai oleh kumpulan mahluk kejam ini....
Tidak cukupkah, setiap kali pulang dari tempat jauh, oleh-oleh yang kubawa untuk kalian? Masih kurang, percakapan tentang hal-hal remeh temeh yang sebenarnya akupun menganggapnya tak penting, tapi kubicarakan juga karena aku tak tahu apa lagi yang bisa kita bahas selain basa-basi? Tak bisa ya, dengan tertawa keras-keras untuk setiap gojekan yang kau katakan? Lalu, apa?
Mmmm... apa aku harus menyukai hal-hal yang kalian semua -masyarakat majemuk- sukai, supaya perbincangan asing ini lebih bisa aku ikuti? Tapi perkembangan teknologi yang kalian -masyarakat majemuk- anut ternyata begerak lebih cepat dari otak tuaku yang letih. Yang sepertinya sudah cukup penat memikirkan hal-hal lain dalam kehidupan pribadiku (yang tentu saja kalian semua tak bakal pernah mengerti, mendengarkan saja tak pernah). Umph!
Kalau aku memilih untuk menjauh sejenak dari kalian, berada di kursiku sendiri yang jauh dari tempat kalian -masyarakat f**kin' majemuk- nongkrong (it's how you say it, right?), kalian bilang aku bersembunyi. Menyendiri. Menutup diri. Mengisolasi diri. Lalu kalian sebut aku apa? Geek? Freak? Aneh?? ... Anehhh???!!! Ah, kalian yang aneh!
Di depanku kalian tersenyum. Di belakangku kalian merayakan keanehanku. Menertawakan kekonyolanku. Menghina usahaku untuk fit in.
...dan kalian menyebut diri kalian 'teman'?
Aku... mungkin sedikit berbeda dari kalian semua -masy..... ah, nggak ada gunanya-. Aku hanya ingin diterima dengan tulus. Kalian toh tidak perlu menyukaiku untuk bisa menerimaku, kan? Setidaknya kalian bisa menghargai semua usahaku untuk menjadi satu diantara kalian. Tanpa dihakimi.
Cheers,
-ajeng-
and what makes you think that this is about me?
19.12.08
Single and Fabulous
Entah kenapa, sejak SMA gue bukan tipe orang yang bisa jadi single and fabulous. Not proud of it. Untuk satu dari ribuan gadis yang ingin menjadi Carrie Bradshaw, ini adalah fakta yang memalukan!
Rasanya ngga perlu gue jabarkan runtutan pria-pria mana aja yang silih berganti menjadi pasangan gue *as if itu penting, gituh..hehe*, tapi yang seingat gue, kalaupun akhirnya gue jomblo, pasti nggak akan lebih dari hitungan minggu.
Pada banyak kasus, gue mempersiapkan diri dulu (baca: mempersiapkan laki-laki lain) sebelum akhirnya putus dari pacar utama... Gue nggak mau sendiri. I felt insecure. Gue butuh seseorang untuk mengangumi gue, untuk mengatakan bahwa gue hebat, untuk memuja gue, dan untuk mengabdi gue. Sebagian mungkin karena gue nggak sanggup mengatakan hal-hal itu pada diri gue sendiri. Anjis, parah ya..
Diam-diam gue memandang tinggi seorang teman yang bisa berlama-lama ngga punya pacar. Yang masih bisa happy meskipun nggak berbagi hal-hal khusus dengan makhluk bernama lelaki. Meski gue ngga tau apa yang sebenernya dirasakan teman itu, tapi gue melihat wajah-acuh-nggak-butuh-cowok itu di sorot matanya, dan gue merasa dikhianati - oleh perasaan gue sendiri. Gue nggak bisa jadi dia.
Bagi gue, lo hebat.
Cheers,
-ajeng-
Rasanya ngga perlu gue jabarkan runtutan pria-pria mana aja yang silih berganti menjadi pasangan gue *as if itu penting, gituh..hehe*, tapi yang seingat gue, kalaupun akhirnya gue jomblo, pasti nggak akan lebih dari hitungan minggu.
Pada banyak kasus, gue mempersiapkan diri dulu (baca: mempersiapkan laki-laki lain) sebelum akhirnya putus dari pacar utama... Gue nggak mau sendiri. I felt insecure. Gue butuh seseorang untuk mengangumi gue, untuk mengatakan bahwa gue hebat, untuk memuja gue, dan untuk mengabdi gue. Sebagian mungkin karena gue nggak sanggup mengatakan hal-hal itu pada diri gue sendiri. Anjis, parah ya..
Diam-diam gue memandang tinggi seorang teman yang bisa berlama-lama ngga punya pacar. Yang masih bisa happy meskipun nggak berbagi hal-hal khusus dengan makhluk bernama lelaki. Meski gue ngga tau apa yang sebenernya dirasakan teman itu, tapi gue melihat wajah-acuh-nggak-butuh-cowok itu di sorot matanya, dan gue merasa dikhianati - oleh perasaan gue sendiri. Gue nggak bisa jadi dia.
Bagi gue, lo hebat.
Cheers,
-ajeng-
11.12.08
in a moment of solitude
Kesendirian seakan selalu terkonotasi dengan kesepian.
Gue sering melihat orang-orang meremehkan orang-orang yang sendirian, meskipun tak sepenuhnya kesepian. Memandang aneh kepada orang-orang yang makan sendirian, "Ih, tu orang ngga punya temen apa ya?"
Jaman gue kuliah dan masih menganut paham feminisme dan gothic-isme berlebih, gue sering banget kemana-mana sendiri dan merasa sombong. Bahwa 'sendiri' itu eksotis dan misterius, menambah daya tarik gue, hahaha. Ngga tau juga sih pikiran itu darimana.
Semakin gede, ternyata hakikat gue sebagai makhluk sosial mengambil alih. Karena dan untuk sesuatu yang normal, gue mulai menikmati nge-geng dan pergi kemana-mana seperti rombongan bison. Rame dan rusuh.
Lalu gue merindukan sendiri. Merindukan sepi. Merindukan nikmatnya merasakan dunia berpusat kepada diri sendiri, tak perlu berbagi. Walaupun cuma sehari tadi, tapi cukup membuat gue merasa legaaaa... I mean, legaaaaa..... ngga berebut udara sama orang lain. Bukannya gue merasa sumpek bareng temen-temen dan pacar di Jakarta, it's just another kind of delight I haven't felt for quite some time.
ah ya...sedikit oleh-oleh dari 'pertapaan' gue.... I know I'm not a pro photographer or anything, but I really like the pictures I took this afternoon. I think they're great.




*ok, cukup bertapanya...gue mo siap2 jalan, meeting an old friend, ahahahaha*
Cheers,
-ajeng-
Gue sering melihat orang-orang meremehkan orang-orang yang sendirian, meskipun tak sepenuhnya kesepian. Memandang aneh kepada orang-orang yang makan sendirian, "Ih, tu orang ngga punya temen apa ya?"
Jaman gue kuliah dan masih menganut paham feminisme dan gothic-isme berlebih, gue sering banget kemana-mana sendiri dan merasa sombong. Bahwa 'sendiri' itu eksotis dan misterius, menambah daya tarik gue, hahaha. Ngga tau juga sih pikiran itu darimana.
Semakin gede, ternyata hakikat gue sebagai makhluk sosial mengambil alih. Karena dan untuk sesuatu yang normal, gue mulai menikmati nge-geng dan pergi kemana-mana seperti rombongan bison. Rame dan rusuh.
Lalu gue merindukan sendiri. Merindukan sepi. Merindukan nikmatnya merasakan dunia berpusat kepada diri sendiri, tak perlu berbagi. Walaupun cuma sehari tadi, tapi cukup membuat gue merasa legaaaa... I mean, legaaaaa..... ngga berebut udara sama orang lain. Bukannya gue merasa sumpek bareng temen-temen dan pacar di Jakarta, it's just another kind of delight I haven't felt for quite some time.
ah ya...sedikit oleh-oleh dari 'pertapaan' gue.... I know I'm not a pro photographer or anything, but I really like the pictures I took this afternoon. I think they're great.
*ok, cukup bertapanya...gue mo siap2 jalan, meeting an old friend, ahahahaha*
Cheers,
-ajeng-
1.11.08
Dear Dr.Boyke
Dear Dr. Boyke,
Mungkin bayaran sebagai 'dokter' saja ngga cukup, jadi Anda perlu memanfaatkan titel itu untuk mencari uang di lahan lain. Sebagai aktor atau... pemain iklan.
"HIV adalah penyakit yang berbahaya, dan belum ada obatnya," ... okay, gue masih nonton iklan film ML dengan hikmad saat iklan ini muncul disela-sela "Bioskop Trans TV: Batman Returns"
"Penderitanya PASTI MATI!!! Dan dengan MENGENASKAN!!!"
God! What kind of "doctor" says something like that??
Gue teringat P***, temen gue yang baik dan lucu. Seorang ODHA yang optimis melalui hari-harinya meski tau penyakit ini obatnya belom ditemukan. Yang rela menenggak bermacam-macam pil setelah makan siang untuk meredakan sakit yang kadang menyerang tanpa permisi. Yang baru berani cerita ke gue dia terinfeksi HIV berbulan-bulan setelah vonis. Yang jadi sering telpon malem-malem untuk curhat dan saling menguatkan. Yang berkali-kali SMS minta maaf kalo-kalo waktu ternyata tak mau menunggunya lagi.
Gue teringat temen gue dan merasa takut kalo-kalo disaat yang sama, dia, keluarga dan teman-temannya juga *entah mengapa* lagi nonton Batman Returns dan ngga sengaja melihat iklan 'Dr.Boyke' itu. Membayangkan dia tercenung mendengar kata "MENGENASKAN" dan nada ancaman di baliknya. Membayangkan bagaimana kata itu akan menghantui tidurnya, malam itu dan malam-malam selanjutnya. Membayangkan siapapun yang tengah menonton TV bersama dia akan berpura-pura tak mendengar iklan itu dan dengan canggung mencari topik pembicaraan yang lain.
Apa yang ingin disampaikan oleh iklan ini, sebuah promosi tanpa arti untuk film layar lebar yang sudah pasti akan hancur di pasaran. Untuk menakut-nakuti, agar semua yang menonton menjauhi hal-hal yang bisa menularkan HIV dan AIDS? Memangnya dia ngga berfikir, ada orang-orang yang udah terjangkiti di luar sana yang sedang 'berdamai' dengan penyakit ini. Dan apapun yang mereka lakukan di masa lalu mereka, ngga adil dan ngga bijak jika ancaman dan caci maki serta hinaan seperti itu dengan ketus ditamparkan ke muka mereka oleh seorang dokter yang, above all educated people, should know better...
Dan seketika itu juga, gue sangat membenci Dr.Boyke
Cheers,
-ajeng-
Mungkin bayaran sebagai 'dokter' saja ngga cukup, jadi Anda perlu memanfaatkan titel itu untuk mencari uang di lahan lain. Sebagai aktor atau... pemain iklan.
"HIV adalah penyakit yang berbahaya, dan belum ada obatnya," ... okay, gue masih nonton iklan film ML dengan hikmad saat iklan ini muncul disela-sela "Bioskop Trans TV: Batman Returns"
"Penderitanya PASTI MATI!!! Dan dengan MENGENASKAN!!!"
God! What kind of "doctor" says something like that??
Gue teringat P***, temen gue yang baik dan lucu. Seorang ODHA yang optimis melalui hari-harinya meski tau penyakit ini obatnya belom ditemukan. Yang rela menenggak bermacam-macam pil setelah makan siang untuk meredakan sakit yang kadang menyerang tanpa permisi. Yang baru berani cerita ke gue dia terinfeksi HIV berbulan-bulan setelah vonis. Yang jadi sering telpon malem-malem untuk curhat dan saling menguatkan. Yang berkali-kali SMS minta maaf kalo-kalo waktu ternyata tak mau menunggunya lagi.
Gue teringat temen gue dan merasa takut kalo-kalo disaat yang sama, dia, keluarga dan teman-temannya juga *entah mengapa* lagi nonton Batman Returns dan ngga sengaja melihat iklan 'Dr.Boyke' itu. Membayangkan dia tercenung mendengar kata "MENGENASKAN" dan nada ancaman di baliknya. Membayangkan bagaimana kata itu akan menghantui tidurnya, malam itu dan malam-malam selanjutnya. Membayangkan siapapun yang tengah menonton TV bersama dia akan berpura-pura tak mendengar iklan itu dan dengan canggung mencari topik pembicaraan yang lain.
Apa yang ingin disampaikan oleh iklan ini, sebuah promosi tanpa arti untuk film layar lebar yang sudah pasti akan hancur di pasaran. Untuk menakut-nakuti, agar semua yang menonton menjauhi hal-hal yang bisa menularkan HIV dan AIDS? Memangnya dia ngga berfikir, ada orang-orang yang udah terjangkiti di luar sana yang sedang 'berdamai' dengan penyakit ini. Dan apapun yang mereka lakukan di masa lalu mereka, ngga adil dan ngga bijak jika ancaman dan caci maki serta hinaan seperti itu dengan ketus ditamparkan ke muka mereka oleh seorang dokter yang, above all educated people, should know better...
Dan seketika itu juga, gue sangat membenci Dr.Boyke
Cheers,
-ajeng-
29.10.08
this feeling is a new sensation...
Jadi gue berada di tempat baru. Memasuki ruang kerja baru, dengan orang-orang baru. Oh, how I hate too much changes at one time...
Sejak dulu, gue mungkin bukan orang yang bisa cepat beradaptasi dengan environment baru. Stangers scared me all the time. Lo ngga tau gimana mereka, belajar mengenali maksud-maksud apa dibalik senyuman bersahabat itu...It's scary.
Untng gue punya cara jitu *alah, apa sih* biar ngga terlalu merasa terasing. Sempatkan diri untuk basa-basi yang biasa biar ngga dituduh autis, trus kembali ke kursi sendiri. Membayangkan pojokan cafe bersofa empuk yang kerap gue datangi sama Anggi selama berjam-jam di masa kuliah. Imagine the smell of the coffee blended, the rain tickles it's roof, the laughters and the gossips for hours...
And it feels like home again
Cheers,
-ajeng-
Sejak dulu, gue mungkin bukan orang yang bisa cepat beradaptasi dengan environment baru. Stangers scared me all the time. Lo ngga tau gimana mereka, belajar mengenali maksud-maksud apa dibalik senyuman bersahabat itu...It's scary.
Untng gue punya cara jitu *alah, apa sih* biar ngga terlalu merasa terasing. Sempatkan diri untuk basa-basi yang biasa biar ngga dituduh autis, trus kembali ke kursi sendiri. Membayangkan pojokan cafe bersofa empuk yang kerap gue datangi sama Anggi selama berjam-jam di masa kuliah. Imagine the smell of the coffee blended, the rain tickles it's roof, the laughters and the gossips for hours...
And it feels like home again
Cheers,
-ajeng-
19.10.08
RACIST
Mungkin karena gue menghabiskan sebagian besar kehidupan gue di Jawa, yang ngga terlalu berjubel dengan orang-orang dari daerah lain. Kalaupun ada temen-temen gue yang berasal dari pulau yang perginya pake nyebrangin laut, merekalah yang bakal nyesuaiin sama custom kita di Jawa.
Di kota yang ramai ini, memberi label kepada seseorang yang punya latar budaya yang beda kayanya udah jadi hal yang biasa. Saking biasanya malah udah ngga berasa kalo perkataan-perkataan tertentu sebenernya sangat rasis, mungkin tadinya sensitif tapi saking terbiasanya ya udah...jadi sekadar jokes aja. Bukan sesuatu yang harus dipikirin.
Don't get me wrong. Gue bukan pembenci orang-orang yang bercanda dengan suku. Gue berteman baik dengan beberapa dari mereka malah. Dan gue udah ngga terkaget-kaget lagi kalo tiba-tiba salah satu temen gue menghujat teman yang lain:
"Dasar Batak....,"
"Ih, apaan sih lo Padang!"
"Lo juga, Jawir (jawa maksudnya)!!"
Dan daftarnya bisa lebih panjang kalo ditambah sama predikat-predikat yang melekat sama suku yang bersangkutan. Dan parahnya *buat gue pribadi*, gue jadi suka menyalahkan suku gue atas sikap-sikap gue yang ngga menguntungkan.
Kaya, "Karena gue orang Jawa kali ya, jadi ya pasrah aja." Duh, cemen banget ngga sih...
Apa gue lagi culture shock kali ya? Berarti lemot banget otak gue kalo emang iya, secara gue udah hampir dua tahun tinggal di Jakarta... Kayanya engga deh.
Mungkin karena sepanjang hari dalam minggu ini, atau sepanjang bulan dalam tahun ini, gue dan temen-temen gue *mungkin juga anda, pembaca setia* adalah orang Jakarta. Bukan orang Jawa, Padang, Sunda, dan Batak.. Tapi kenapa kita ngga bisa jadi "orang" aja? Tanpa embel-embel lain di belakangnya. Cuma "orang"...
A squirrel in the tree is he watching me
Does he give a damn?
Does he care who I am?
I’m just a man, is that all I am
Are my manners misinterpreted words or only human?
I’m human
-Only Human, Jason Mraz-
Cheers,
-ajeng-
Subscribe to:
Posts (Atom)