24.9.12

Ketika Berdoa, Saya Hanya Diam...

Dengan Tuhan, entah mengapa, saya tak pandai berkata-kata. Seolah-olah kehabisan diksi, biasanya saya hanya mampu diam. Mungkin karena saya tak pandai menganalisa emosi. Tapi setiap kali, sesering itu, terlalu banyak rasa yang ingin saya ucapkan. Dan malah berakhir dengan lidah yang kelu.

Orang bilang, bicaralah pada Tuhan selayaknya sahabat. Tapi saya tak tahu bagaimana mengungkapkan rasa syukur, sedih, pengharapan, atau keinginan saya di waktu yang sama. Atau justru... Mana yang lebih dulu harus saya ucapkan. Semua rasanya sama penting. Sembari memikirkan itulah biasanya saya lalu hanya bisa diam.

Namun bahkan dengan sahabat saya yang terbaik sekalipun, saya tak terlalu banyak berkata-kata. Kami sering menghabiskan waktu dengan saling diam. Tapi diam dengannya adalah diam yang tak canggung. Diam yang menenangkan. Mungkin begitu pula cara saya berkomunikasi dengan Tuhan.

Tak banyak curhat. Tak banyak menuntut. Tak banyak menggugat. Seringkali hanya sebait Al Fatikah.

Dalam kesunyian itu, saya merasa Tuhan mendengar. Itu saja cukup.